CERITA DEWASA | TELANJANG | CEWEK BUGIL

Sabtu, 12 Februari 2011

Suster Jepang Menggairahkan

Sex Cerita Dewasa. Kisah ini terjadi di Osaka (masih serangkaian dengan kisah Yakuza), saya masih bekerja/kenshu di salah satu perusahaan konstruksi terbesar di sana. Nah, suatu ketika saya jatuh sakit, bulan Oktober 1999. Ini sebelum kisah Tina, cewek Sumitomo Vietnam yang blasteran Perancis itu. Saya kira-kira baru 2 bulan tinggal di Osaka. Saya ingat sekali kalau bulan 10 itu adalah bulan peralihan ke musim dingin dan banyak sekali topan badai. Nah, suatu pagi saya sengaja berdiri menantang badai dari balkon kamar lantai 7 saya hanya mengenakan celana dalam saja. Ternyata angin Typhoon itu panas, tidak dingin (tetapi bukan karena Balpirik). Tidak tahunya, besok pagi saya muntah darah. Langsung saja saya ke klinik (byoin) terdekat, sebab saya dilindungi insurance. Ternyata saya flu perut. Setelah itu saya didiagnosis dan diberi obat (2 hari sembuh lho! Itulah hebatnya dokter Nippon). Tetapi pengobatan seperti itu saja mengeluarkan 30.000 yen atau 2,5 juta rupiah! Pesan saya: Jangan bepergian tanpa asuransi.

Bukan Jay kalau tidak sempat ngelaba, kebetulan susternya cantik, setelah kulihat namanya, wah tulisan kanji, saya tidak mengerti. Terpaksa, saya hanya sekedar melirik dan melempar senyum kuda. Tetapi dasar beruntung, tiga hari kemudian kami bertemu di warung ramen (mie kuah) ketika saatnya lunchbreak. Kalau di Osaka, cobalah Kin Ryu Ramen, warung mie paling ngetop dan enak sekali, walaupun tentu masih lebih enak mecky segar. Tetapi mana ada mecky dijual di warung? hehe.

Kembali ke suster. Singkat saja, namanya Makiko, panggilannya Makichan. Dia sempat menanyakan kesehatan saya. Setelah basa-basi, kami janjian bertemu di Sony Tower Yodoyabashi pada hari Jum'at. Rencananya dia mau mengajak saya ke Funky Kurapu buat joged (disko). Dari kerlingannya ketika beranjak keluar warung, ketahuan suster ini hot juga. Jum'at malam saya kebetulan pulang dari proyek di Kyoto. Dari stasiun Namba, saya langsung ke Ebisucho dan berjalan cepat menuju Sony Plaza Tower. Dari kejauhan tampak bangunan putih menjulang, saya sudah semakin dekat.

Swatchku menunjukkan jam 8.15 PM. Padahal saya janjian jam 8. Wah, semoga belum pergi. Itu dia, dari kejauhan nampak seorang gadis berambut merah api mengenakan jas ketat putih dan span putih pendek. Makiko! Dia menyambutku dengan senyum manis walaupun sebelumnya sempat melirik jam di tangannya. Setelan bajunya sungguh menarik. Rupanya dia memadukan rok bawahan seragamnya dengan blazer ketat putih juga, sampai belahan dadanya nampak menonjol karena terlalu ketat. Sedangkan sepatunya sudah diganti sepatu hak tinggi (15cm) khas cewek Nippon yang gaul, bahan beludru hitam membuat tingginya melonjak jadi hampir setinggi saya. Wah, kasihan juga cewek imut manis ini menunggu kedinginan di tengah udara dingin musim postfall Osaka. Di tangannya terselip sebatang rokok putih, wah sexy sekali. Inilah gadis Nippon modern yang di kala siang bekerja giat sebagai perawat berpenampilan bidadari. Namun di kala malam berubah menjadi wanita sexy yang sungguh berkelas.

Kacamata biasanya telah berganti soft lens biru muda. Di leher jenjangnya terbelit syal bulu warna hitam, namun tidak menutupi belahan payudaranya yang terdesak ketatnya blazer yang dipakainya, hmm kecoklatan, rupanya dia sering liburan ke pantai. Hmm, yummy.. totally fuckable!
"Ashkunate sumimasen!" ujarku meminta maaf atas keterlambatanku.
"Iie, daijobu des yo!" jawabnya memaafkanku.
Akhirnya kami langsung saja jalan sepanjang Arcade Shinshaibashi sambil bercengkerama, saya dengan bahasa Jepang pas-pasan saya dan Makiko dengan inggris terbata-bata. Yang jelas banyak ketawanya. Orang Jepang bila belum kenal terkesan sombong, namun bila sudah kenal ramahnya luar biasa. Ternyata dia suka berlibur ke Kuta. Karena itu dia begitu tertarik mengenal saya yang Indonesiajin. Tetapi dia belum tahu kalau saya pejuang aktivitas penis international yang bermottokan, "Semoga kontol nusantara tetap Jaya!"
Kalau tahu dia pasti akan segera lari.. memesan kamar..hehehe. Mitos bahwa cewe Jepang hot-hot itu sepenuhnya benar. Bayangkan kalau semua cowok Indonesia sibuk berkarir dan stress selalu, giliran mau ML kasar, padahal batangnya lembek. Bisa dijamin cewek Indonesia juga hot-hot. Lha, wong sekarang saja sudah hot.. kan pake AC. Obrolan kami semakin hangat dan Makiko (yang akhirnya kupanggil Kiko) mulai merangkul tanganku. Saat itu saya mengenakan setelan jas wool hitam plus kemeja abu-abu tua. Jadilah kami pasangan hitam putih.

Udara dingin Osaka membuat Kiko semakin merapatkan diri. Dadanya kini menempel pada lenganku yang kekar. Sampailah kami pada sebuah tangga ke bawah tanah yang dari luar terlihat seperti basement apartemen biasa, eh.. ternyata setelah masuk terdengar musik soul funk menghentak diiringi lampu laser warna warni berputar menari. Setelah membayar 5000 yen tiket (all you can drink) kira-kira 400 ribu rupiah, kami memasuki hall seluas lapangan voli yang penuh orang joged berjajar rapi (khas Nippon). Di tengah ruangan terdapat semacam catwalk berliku dimana gadis-gadis berpakaian super seksi berjoged liar. Mereka jika siang hari berprofesi sebagai sekretaris, office clerk sampai account executive, semua menari sexy sambil tertawa riang. Terus terang ini saat pertama kali saya masuk underground 'Kurapu'. Ternyata benar-benar mungil tetapi ramai. Jadi maklum kenapa turis Jepang kalau di Bali suka salting. Maklum, tidak biasa di tempat yang benar-benar 'bigtime'.

Langsung saja Kiko menyeretku untuk joged, wah dirty dancing juga. Si Jendral jelas siaga perang. Paha kami saling mengapit sambil bergoyang funk (itu lho musik negro 70-an). Serasa John Travolta di Pulp Fiction. Sekali-kali Kiko dengan sengaja menggesekkan dada dan perutnya padaku. Buahdada semangkok bakso itu ternyata padat sekali, mungkin karena tekanan blazer ketatnya. Kancing atas blazer Kiko sudah dilepas, sehingga renda BH hitamnya mengintip, tentu beserta belahan susu ranumnya. Sejenak saya berpikir ada yang kurang, oh ya, saya belum minum. Kebiasaan (buruk) saya doyan alkohol. Apalagi di bar ini minuman berkelas semua ada. Kalau ada pembaca yang protes tukang gele dan mabok kok kuat ML, lucky kali. Mungkin ada mas-mas yang kalo mabok to'olnya lupa berdiri, yang pasti itu berbeda dengan saya.

Sementara itu, Kiko tampak terpejam menikmati goyangan musik. Saya terus menanyakan barnya, bagi saya uang 400 ribu rupiah termasuk banyak untuk happy semalaman. Saya bukan termasuk pemakai drugs PT, extacy atau SS, yang bisa mengehabiskan jutaan rupiah dalam semalam plus booking ceweknya. Itu cukong loser! Kalau saya cukup booze and pot plus cewek yang nyantol sendiri. Murah tetapi seru. Sesampainya di bar, langsung saja saya minta yang paling istimewa.
"Ichiban suyoi kudasai!", pinta saya.

Setelah bergelas-gelas sierra, gorbatchev dan chivas regal tidak menampilkan reaksi. Akhirnya bartender (ternyata arsitek juga) memberiku arak rahasianya.
"Kore wa nana ju go pasento!", kata bartender.
75 persen alkohol, tetapi reaksinya dia tidak mau tanggung jawab. Saya mengangguk saja. Cepat kutenggak. Aw, serasa terbakar tenggorokan! Kalau tiak salah, namanya Roncalli. Warnanya hijau muda.

Sambil minum, saya dihampiri beberapa gadis yang menawarkan dagangan untuk menemani, dari tampangnya sepintas dari Asia Tenggara. Saya tersenyum saja sambil mengatakan kalau saya orang RI. Mereka tertawa dan terus ngeloyor pergi.
Salah satunya sempat bilang, "Salam buat orang rumah, mas!"
Belum sempet saya menanggapinya, cewek putih, sexy, berambut panjang itu sudah menyapa laki-laki berjas lain. Mungkin karena pakaian kantorku, mereka mengira saya esmud yang kesepian. Jangan salah, banyak juga cewek Indonesia di sana. Setelah itu saya ngeloyor turun ke bawah. Ternyata minuman iblis itu mulai bereaksi. Sambil jalan, saya berjoged sambil meremasi pantat gadis-gadis yang kulewati.
Kalau ada yang protes, cukup bilang, "Yurushite, chotto yopparai desu". (Maaf agak mabok nih).
Paling mereka diam, lagian kebanyakan tidak protes kok. Nah, ngapain lagi mereka ke 'kurapu' kalau tidak ingin digoda dengan cowok. Bagi para feminist, saya akui malam itu saya amat tidak gentleman. Maklum pemabuk horny.

Lama juga, akhirnya saya sampai ke Kiko. Dia tengah dikelilingi 3 CBL (cowok bertampang loser) yang berjoged. Semuanya berdasi, wah tampaknya salaryman kesasar. Memang banyak juga lelaki pulang kantor mampir. Sama seperti di sini (Indonesia). Kiko tampak memegang gelas. Rupanya para CBL tadi berusaha membuat dia mabuk. Tetapi tampaknya Kiko cukup cuek. Langsung saja kuajak Kiko pergi cari tempat duduk sambil kuseret tangannya. Para CBL tadi tampak kecewa tetapi tidak berani menentangku. Bayangkan saja, ada cowok berbadan besar (bagi mereka saya termasuk berbadan besar), berambut panjang diikat, pakaian hitam-hitam dan bermata merah serta bau alkohol. Serem kan? Kiko tampaknya senang, saya sudah menyelamatkan dia. Tanpa saya cerita, Kiko tampaknya bisa melihat kalau saya baru minum gila-gilaan, kerah saya saja belepotan alkohol. Dasar orang udik, saya sampai kapok.

Kiko lalu mengajakku keluar hall. Kami lalu menuju ke barisan locker, karena saya mulai kepanasan memakai jas terus. Setelah memasukkan koin 100 yen, langsung saya kunci. Saya lalu mengajak Kiko ke otomat untuk beli kopi instan. Ternyata Kiko ada akal lain, diseretnya tanganku menuju ke WC lalu berdua kami masuk ke dalam salah satu bilik. Kalau anda baca cerita Jay Yakuza, pasti anda berpikir, kenapa Jay selalu memakai tempat umum tertutup untuk beraktivitas (ML), jawabnya karena memang di Jepang, yang namanya Rabu Hoteru (motel esek-esek) harganya mahal juga dan bagi para petualang muda, lebih seru di tempat umum. Memang tujuan kamike WC bukan sekedar pipis. Tahu kan?

Kiko memelorotkan celana dalamnya lalu duduk kencing di kloset. Setelah itu, gantian saya mengeluarkan si Jendral. Setelah saya kencing cukup banyak dan berbau alkohol, saya cuci pakai air semprotan. Ternyata karena agak mabuk, airnya mengenai celana hitamku. Untung karena hitam jadi tidak terlalu kelihatan. Tetapi dasar perawat, Kiko lalu mengambil toilet paper, lalu jongkok membersihkan celana basah saya. Sementara itu si Jendral masih melongok keluar boxer shorts dan risluiting saya, sekalian dikeringkan oleh tangan Kiko yang cekatan. Terkena jemari mulus yang dingin itu, jelas saja, si Jendral langsung siaga kuning. Melihat itu, Kiko lalu tersenyum dan melirik ke arahku, lalu Jendral saya yang mekar langsung saja dikulumnya. Terkena perubahan suhu begitu, si Jendral langsung code red. Mulut Kiko yang imut khas wanita Nippon jadi tidak mampu menampung keseluruhannya, hanya palkon (kepala kemaluan) dan batang sedikit.

Bagi rekan cowok yang ingin merasa jantan, jangan sama bule, sama cewe Nippon saja. Coba lihat film bokep Jepang, burung cowoknya kecil-kecil, itu saja sudah diandalkan. Untung orang melayu masih berdarah Melanesia, jadi campuran Asia dengan Polinesia. Saya pernah baca survey mengenai panjang kelamin pria sedunia, ternyata rata-rata cowok Asia memiliki panjang 12,5 cm (5 inch), lalu kalau saya 15 cm (6 inch) dan Negro 17,5 cm (7 inch). Nah, kalau diantara mas-mas sekalian yang punya panjang lebih dari 13 cm, bersyukurlah, anda sudah di atas rata-rata cowok Asia. Jadi sebesar itu akan jaya dalam aktivitas ML.
Kembali ke Kiko, mungkin karena melihat si Jendral yang tegap, tinggi dan gagah, dia jadi sangat bernafsu, atau mungkin juga khas cewe Nippon kalau oral suka liar seperti itu kali ya. Lidahnya semangat sekali mengitari palkon sambil sesekali menggigit kantung zakarku yang sudah mengeras. Sesekali disedotnya ujung palkonku lalu ditarik mulutnya sehingga mengeluarkan bunyi, "Spok.. spok..". Mulut mungil indahnya bagaikan vacuum cleaner, menyedot si Jendral. Jemari halusnya menyelinap di antara celah pantatku dan sekali-kali menggenggam si Jendral yang mulai berontak terkena siksaan.

Anyway, sementara itu, saya yang memang terasa mabok berat, hanya bisa ngelus-elus kepala dan mencengkeram rambut merah Kiko. Tetapi mendadak saya merasa mual sekali, lalu yang berikutnya terjadi sangat tidak hot. Saya tarik Kiko ke samping.
"Hooekk.." saya muntah berupa gumpalan kehijauan, tentu akibat minum sembarangan tadi. Kiko sempat tertegun sejenak tetapi kemudian tergelak melihatku terkena akibat polahku sendiri. Satu tangannya masih menggenggam si Jendral, satunya lagi menutup mulutnya. Tawanya lucu sekali seperti anak kecil. Itulah sifat kawai atau cute (lucu dan menggemaskan) yang khas cewe Jepang. Insting perawat yang dimilikinya membuat dia beralih membantu memijat tengkukku agar seluruh racun serangga itu bisa keluar. Lalu dia membantuku membersihkan dengan tissue. Akhirnya kami keluar dan duduk-duduk di tangga masuk.

Sepi. Kiko mengajakku ke apartemennya tetapi baru ada subway jam 4:30. Saya bersandar lemas ke pundaknya sambil merangkul. Tangan kananku menyelinap masuk ke dalam blazer sekaligus BH-nya, wah hangat. Terasa bongkahan susunya yang besar enak sekali diremas. Kumainkan puting susunyaibarat mencari gelombang siaran radio. Wah masih belum tune, sebab yang keluar hanya suara desis dari mulut Kiko yang lama-lama keenakan. Akhirnya kami berjalan berpelukan menembus udara dingin fajar Osaka. Untung ada tukang yakimot (ubi rebus). Kami makan sambil minum kopi otomat.

Singkat saja, kami sampai di apartemen (mansion) Kiko. Kecil memang ukurannya. Terdiri dari ruang utama yang sekaligus ada dapur dan sofa TV. Lalu kamar tidur 4 tatami (3X4m) dan kamar mandi. Rapih juga ruangannya. Tampak di sofa ada keranjang laundry, wah ada panties merahnya, ternyata Kiko hot betul. Aha, untuk apa lagi cewe pakai CD merah kalau tidak untuk memikat cowok di ranjang? Melihat arah pandanganku, Kiko dengan sigap memindahkan keranjang ke dalam lemari dinding. Kami lalu duduk di sofa kulit empuk. Otomatis tangan saya meraih remote dan menyalakan TV. Wah ada Doraemon, aneh, sepagi ini ada siaran kartun. Kiko lalu tiduran di pangkuanku sambil ikut menonton. Jemariku menelusuri rambutnya dan menyisirnya. Kadangkala kami tertawa bersama. Perlahan kami mulai tertidur dengan posisi tetap, dan jemariku sudah bersarang pada bukit lembutnya. Entah kenapa, saya merasa nyaman dan jantan sekali. Mungkin karena alkoholnya perlahan-lahan mulai hilang dan sikap manja Kiko yang membuatku merasa jantan.

Cewe Nippon memang terkenal top servisnya. Kira-kira jam 8 lebih, saya terbangun oleh sinar matahari yang menerobos melalui celah gordin jendela. Kiko masih terlelap dalam pangkuanku. Tubuhnya meringkuk seperti anak kecil, dan yang lucu dia sedang mengenyot jempolnya seperti bayi. Nah, kawan-kawan, cewe yang punya kebiasaan begini, oralnya pasti oke, sebab palkon kita mereka anggap dot. Hehehe. Tidak tahan kubelai juga rambut Kiko yang tergerai di atas pahaku. Oh ya, pada saat ini, pakaian saya sudah tinggal boxer shorts dengan kemeja digulung saja. Sementara Kiko memakai kaos kebesaran dengan celana pendek tidur berbahan sutra hitam. Masih memakai pakaian dalam lengkap. Karena rambut Kiko tergerai di paha, terus karena memang sudah kebiasaan tiap pagi, maka si Jendral menggeliat dan menegak. Kalau di film To Liong To, ini jurus Pilar Penyangga Langit.

Kulirik paha Kiko yang tersingkap, hmm, coklat kemerahan. Kebayang cewe ini sering berjemur. Pasti seksi keringatan begitu. Ah, yang penting kubelai dulu gadis imut nan lucu ini. Ternyata belaianku membuat Kiko terbangun. Walaupun tidak membuka mata tetapi senyumannya mengembang, masih sambil menghisap jempolnya. Tangan satunya kini menyelinap di antara pahanya dan pahanya semakin dirapatkan. Kuperhatikan betisnya yang lencir bulir padi, indah sekali, ditambah tumit yang lancip kecil berwarna pink. Walaupun udara kamar tidak terlalu dingin, namun tetap saja kulit kami merinding terkena dinginnya udara pagi. Tampaknya heaternya otomatis mati kalau jam segini. Biasanya sudah jamnya pergi ke kantor.

Insting gentlemanku membuatku berusaha meraih jas woolku di meja, lalu kupakai menyelimuti Kiko, kontras dengan warna kulit putih mulusnya.
"Samui desuka?" (dinginkah) tanyaku.
Kiko hanya mendesah sambil tubuhnya menggeliat merapat. Sudah tidak tahan saya dibuatnya. Toh, lagipula jelas Kiko sadar dan pasti merasakan kalau si Jendral tegak di dekat kepalanya, lalu tanganku menyelinap ke balik jas hitamku mengelus paha mulus Kiko.
"Jay, nemui desuyo" (Jay ngantuk nih), tiba-tiba Kiko protes manja.
Mendengar itu bukannya saya berhenti malah jemariku mulai menyelinap ke arah pangkal pahanya. Kiko hanya mendesah manja. Kini terasa lembutnya celana pendek piyama sutra. Kugesek sebentar kawasan seks spotnya, wah, langsung merembes pada celana sutra hitamnya. Kalau putih pasti jadi pulau!

"Oooh, Jay, I like that!" erang Kiko.
Kusingkirkan jasku lalu kutegakkan tubuh Kiko sejenak dan kubaringkan. Lalu kuambil posisi menindihnya tetapi masih kutopang dengan tanganku. Lembut kukecup bibir Kiko yang merekah. Dia langsung menyedot dan mengulum bibir bawahku. Tangan Kiko kini merangkul tengkukku dan bermain dengan rambutku. Tangan kananku masih menopang tubuhku, sementara yang kiri merangsang celah mecky Kiko. Jemariku kini menyelinap ke dalam celana sutra dan CD-nya dan merasakan halusnya labia mayoranya yang sudah basah, ternyata meckynya tercukur rapih. Jari tengahku mulai berani menembus celah basah itu.

Wah, sempit juga. Clup..clup..clup, jarang dipakai. Heran kan? Cewek sophisticated seliar ini masih rapat. Memang cewek Jepang biasanya walaupun liar tetapi kalau dalam kenyataannya pemalu, pemalu artinya tidak dapat banyak batang kejantanan (rea kanjeut). Kiko mulai mendesah dan menggelinjang. Sekalian saja saya tanggalkan semua. Kiko tidak protes, malah membantu. Giliran kini boxer shorts, saya tanggalkan. Kiko tampaknya tidak sabaran juga, kaosnya yang longgar langsung dilepas, lalu BH-nya. Kemudian dengan ganasnya dia mencopoti kancing kemejaku. Satu kancingnya sampai putus (sekarang masih saya simpan untuk memorabilia). Jadilah kami berdua totally naked and ready to pump.

Perlahan kugesekkan si jendral ke medan pertempuran. Palkonku mulai menyentuh labia minora Makiko. Woow.. rasanya panas, kontras dengan hawa kamar yang dingin. Lalu perlahan-lahan Makiko mulai mencoba memasukkan si Jendral ke liang vaginanya dengan bantuan tangannya. Kedua tanganku kekar menopang tubuhku pada sofa.
"Aaah.. Kiko oishi desuyo." desahnya.
Palkonku menembus bibir meckynya. Enak. Wah dengan hanya masuk kepalanya saja jelas saya tidak tahan.
"Blesek." Dengan sentakan saya mulai menekan ke bawah supaya si Jendral bisa masuk lebih dalam, untung si Kiko sudah basah. Dia hanya melotot kaget sebentar, sebelum akhirnya dia merangkul tengkukku dan menekanku pada dadanya yang bulat sintal putih. (Buah dadanya putih karena ketika berjemur tertutup BH, jadi seperti bikini line tampaknya).

"Jay, iku.. iku.. iku.. Jay, mo okii na." (Jay sakit, kebesaran tuh) Kiko terus merintih, sepertinya kesakitan betul.
Ya sudah, saya lalu pelankan sedikit temponya. Kalau cewe bule pasti akan bilang: kurang-kurangmasukinnya.
"Sori Kiko, kalau sakit bilang yah!" (dengan bahasa Indonesia setelah mengalami pengeditan) seruku berbisik lembut.
Kiko mengangguk, tampak setetes air mata di sudut matanya. Wah tidak tega saya. Ya sudah kubiarkan dia yang menentukan kecepatannya. Walaupun terasa vaginanya licin dan basah, tetapi sempit sekali. Dengan perlahan tetapi pasti, Kiko tetap memaksa si Jendral masuk. Perlahan dia menaikkan pinggulnya. Dengan gerakan setengah berputar, si Jendral tertekan untuk menyodok meckynya kembali. Si Jendral sudah tidak sekeras tadi gara-gara saya kasihan melihat nafsuku membuat Kiko kesakitan.

Lama-lama longgar juga (sedikit), lalu kuberanikan mulai mengenjot Si Jendral di dalam liang kemaluannya. Kiko mulai mengerang-ngerang tidak karuan. Liar dan seksi, tangannya kini meremaspantatku.
"Mpffhh, shh, ahh, ughh." desahnya tidak menentu sambil memintaku untuk tidak berhenti.
Gila apa berhenti? Jelas-jelas lagi enak. Beberapa menit kami begitu bersemangat berpacu dalam melodi hingga suatu saat, seketika si Jendral serasa dijepit oleh mecky Makiko, terasa dinding vaginanya meremas-remas dengan dahsyat sekali. Lalu pinggulnya liar menggelinjang dengan kuat, rupanya orgasme. Setelah itu terasa basah sekali sampai cairannya menetes pada kantung zakarku.

Tiba-tiba muncul seleraku menikmati juicenya yang jelas banjir itu. Kucabut si Jendral yang disambut protes wajah Kiko yang merengut. Namun begitu kuraih pinggulnya dia tahu maksudku. Dengan cepat dia berbalik lalu nungging, kedua tangannya menopang pada sandaran sofa sedang lututnya terkembang pada dudukan. Pantatnya yang bulat indah, megal-megol menggoda untuk dimasuki. Kiko tersentak kaget ketika ternyata saya tidak kembali melakukan penetrasi melainkan berlutut dibelakangnya lalu menjilati celah meckynya. Satu tangannya meraih ke belakang menjambak rambutku. Dia melenguh keras dan menikmatinya. Tidak lama kemudian kembali Kiko mengejang dan hidungku mendadak basah terkena cairan berbau khas yang meleleh. Ya sudah, sekarang giliran saya.

Tubuh Kiko langsung merosot lemas di atas sofa. Langsung saja kuangkat pantatnya lalu, bless.. Si Jendral masuk lagi dari belakang. Licin sekali sampai bunyi seperti orang kentut karena terlalu kencangnya genjotan.
"Iie, dame, dame Jay, dame!" Kiko berteriak menyuruhku berhenti tetapi mana mau saya berhenti.
Tangannya mencengkeram erat sofa dan tubuhnya terus menggelinjang hebat. Setelah kurang lebih 10 menit menggenjot liar, akhirnya saya cabut si Jendral, lalu kubalikkan tubuh Kiko. Dengan gerakan cepat kusodorkan saja batang kemaluan saya itu ke mukanya, langsung disosor, seketika rasanya sampai puncak. Kukeluarkan segenap benih cintaku ke dalam mulut Kiko yang terus menyedot. Wah, banyak sekali (sudah 2 minggu no sex). Sesekali si Jendral lolos, lalu muncrat ke mukanya. Kira-kira 6-7 semprotan kukeluarkan, dilahap habis oleh Kiko. Ternyata pengalaman nonton film bokep Jepang ada gunanya. Hari sabtu itu kami mandi bersama sebentar, lalu keluar mencari sarapan ke Ohsho (fast food Jepun). Lalu bisa dong ditebak, apa yang kami lakukan siang sampai malamnya. Bahkan malam Minggu pun saya masih menginap di sana. Setelah malamnya kami mencari ramen dan melakukan ML terus.

Tetapi hari Minggunya, saya ganti aktivitas, setelah mengambil notebook dan baju di hotel (sebelumnya di rumah Kiko pakai boxer shorts saja) lalu kembali lagi ke tempat Kiko. Membuat laporan sambil dipijat Kiko sang perawat seksi yang bugil. Tetapi ya, mana tahan sih? Lebih baik besok senin dimarahi sama boss daripada melewaktan kesempatan emas, hehehe. Selanjutnya kami masih kadang beremu walaupun no strings attached tetapi ya bukan sekedar weekend fling saja. Kan gentleman? Hehehe.

Ditulis Oleh : Gadis bispak // 04.46
Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

Suster Jepang Menggairahkan

Sabtu, 12 Februari 2011 ·
Sex Cerita Dewasa. Kisah ini terjadi di Osaka (masih serangkaian dengan kisah Yakuza), saya masih bekerja/kenshu di salah satu perusahaan konstruksi terbesar di sana. Nah, suatu ketika saya jatuh sakit, bulan Oktober 1999. Ini sebelum kisah Tina, cewek Sumitomo Vietnam yang blasteran Perancis itu. Saya kira-kira baru 2 bulan tinggal di Osaka. Saya ingat sekali kalau bulan 10 itu adalah bulan peralihan ke musim dingin dan banyak sekali topan badai. Nah, suatu pagi saya sengaja berdiri menantang badai dari balkon kamar lantai 7 saya hanya mengenakan celana dalam saja. Ternyata angin Typhoon itu panas, tidak dingin (tetapi bukan karena Balpirik). Tidak tahunya, besok pagi saya muntah darah. Langsung saja saya ke klinik (byoin) terdekat, sebab saya dilindungi insurance. Ternyata saya flu perut. Setelah itu saya didiagnosis dan diberi obat (2 hari sembuh lho! Itulah hebatnya dokter Nippon). Tetapi pengobatan seperti itu saja mengeluarkan 30.000 yen atau 2,5 juta rupiah! Pesan saya: Jangan bepergian tanpa asuransi.

Bukan Jay kalau tidak sempat ngelaba, kebetulan susternya cantik, setelah kulihat namanya, wah tulisan kanji, saya tidak mengerti. Terpaksa, saya hanya sekedar melirik dan melempar senyum kuda. Tetapi dasar beruntung, tiga hari kemudian kami bertemu di warung ramen (mie kuah) ketika saatnya lunchbreak. Kalau di Osaka, cobalah Kin Ryu Ramen, warung mie paling ngetop dan enak sekali, walaupun tentu masih lebih enak mecky segar. Tetapi mana ada mecky dijual di warung? hehe.

Kembali ke suster. Singkat saja, namanya Makiko, panggilannya Makichan. Dia sempat menanyakan kesehatan saya. Setelah basa-basi, kami janjian bertemu di Sony Tower Yodoyabashi pada hari Jum'at. Rencananya dia mau mengajak saya ke Funky Kurapu buat joged (disko). Dari kerlingannya ketika beranjak keluar warung, ketahuan suster ini hot juga. Jum'at malam saya kebetulan pulang dari proyek di Kyoto. Dari stasiun Namba, saya langsung ke Ebisucho dan berjalan cepat menuju Sony Plaza Tower. Dari kejauhan tampak bangunan putih menjulang, saya sudah semakin dekat.

Swatchku menunjukkan jam 8.15 PM. Padahal saya janjian jam 8. Wah, semoga belum pergi. Itu dia, dari kejauhan nampak seorang gadis berambut merah api mengenakan jas ketat putih dan span putih pendek. Makiko! Dia menyambutku dengan senyum manis walaupun sebelumnya sempat melirik jam di tangannya. Setelan bajunya sungguh menarik. Rupanya dia memadukan rok bawahan seragamnya dengan blazer ketat putih juga, sampai belahan dadanya nampak menonjol karena terlalu ketat. Sedangkan sepatunya sudah diganti sepatu hak tinggi (15cm) khas cewek Nippon yang gaul, bahan beludru hitam membuat tingginya melonjak jadi hampir setinggi saya. Wah, kasihan juga cewek imut manis ini menunggu kedinginan di tengah udara dingin musim postfall Osaka. Di tangannya terselip sebatang rokok putih, wah sexy sekali. Inilah gadis Nippon modern yang di kala siang bekerja giat sebagai perawat berpenampilan bidadari. Namun di kala malam berubah menjadi wanita sexy yang sungguh berkelas.

Kacamata biasanya telah berganti soft lens biru muda. Di leher jenjangnya terbelit syal bulu warna hitam, namun tidak menutupi belahan payudaranya yang terdesak ketatnya blazer yang dipakainya, hmm kecoklatan, rupanya dia sering liburan ke pantai. Hmm, yummy.. totally fuckable!
"Ashkunate sumimasen!" ujarku meminta maaf atas keterlambatanku.
"Iie, daijobu des yo!" jawabnya memaafkanku.
Akhirnya kami langsung saja jalan sepanjang Arcade Shinshaibashi sambil bercengkerama, saya dengan bahasa Jepang pas-pasan saya dan Makiko dengan inggris terbata-bata. Yang jelas banyak ketawanya. Orang Jepang bila belum kenal terkesan sombong, namun bila sudah kenal ramahnya luar biasa. Ternyata dia suka berlibur ke Kuta. Karena itu dia begitu tertarik mengenal saya yang Indonesiajin. Tetapi dia belum tahu kalau saya pejuang aktivitas penis international yang bermottokan, "Semoga kontol nusantara tetap Jaya!"
Kalau tahu dia pasti akan segera lari.. memesan kamar..hehehe. Mitos bahwa cewe Jepang hot-hot itu sepenuhnya benar. Bayangkan kalau semua cowok Indonesia sibuk berkarir dan stress selalu, giliran mau ML kasar, padahal batangnya lembek. Bisa dijamin cewek Indonesia juga hot-hot. Lha, wong sekarang saja sudah hot.. kan pake AC. Obrolan kami semakin hangat dan Makiko (yang akhirnya kupanggil Kiko) mulai merangkul tanganku. Saat itu saya mengenakan setelan jas wool hitam plus kemeja abu-abu tua. Jadilah kami pasangan hitam putih.

Udara dingin Osaka membuat Kiko semakin merapatkan diri. Dadanya kini menempel pada lenganku yang kekar. Sampailah kami pada sebuah tangga ke bawah tanah yang dari luar terlihat seperti basement apartemen biasa, eh.. ternyata setelah masuk terdengar musik soul funk menghentak diiringi lampu laser warna warni berputar menari. Setelah membayar 5000 yen tiket (all you can drink) kira-kira 400 ribu rupiah, kami memasuki hall seluas lapangan voli yang penuh orang joged berjajar rapi (khas Nippon). Di tengah ruangan terdapat semacam catwalk berliku dimana gadis-gadis berpakaian super seksi berjoged liar. Mereka jika siang hari berprofesi sebagai sekretaris, office clerk sampai account executive, semua menari sexy sambil tertawa riang. Terus terang ini saat pertama kali saya masuk underground 'Kurapu'. Ternyata benar-benar mungil tetapi ramai. Jadi maklum kenapa turis Jepang kalau di Bali suka salting. Maklum, tidak biasa di tempat yang benar-benar 'bigtime'.

Langsung saja Kiko menyeretku untuk joged, wah dirty dancing juga. Si Jendral jelas siaga perang. Paha kami saling mengapit sambil bergoyang funk (itu lho musik negro 70-an). Serasa John Travolta di Pulp Fiction. Sekali-kali Kiko dengan sengaja menggesekkan dada dan perutnya padaku. Buahdada semangkok bakso itu ternyata padat sekali, mungkin karena tekanan blazer ketatnya. Kancing atas blazer Kiko sudah dilepas, sehingga renda BH hitamnya mengintip, tentu beserta belahan susu ranumnya. Sejenak saya berpikir ada yang kurang, oh ya, saya belum minum. Kebiasaan (buruk) saya doyan alkohol. Apalagi di bar ini minuman berkelas semua ada. Kalau ada pembaca yang protes tukang gele dan mabok kok kuat ML, lucky kali. Mungkin ada mas-mas yang kalo mabok to'olnya lupa berdiri, yang pasti itu berbeda dengan saya.

Sementara itu, Kiko tampak terpejam menikmati goyangan musik. Saya terus menanyakan barnya, bagi saya uang 400 ribu rupiah termasuk banyak untuk happy semalaman. Saya bukan termasuk pemakai drugs PT, extacy atau SS, yang bisa mengehabiskan jutaan rupiah dalam semalam plus booking ceweknya. Itu cukong loser! Kalau saya cukup booze and pot plus cewek yang nyantol sendiri. Murah tetapi seru. Sesampainya di bar, langsung saja saya minta yang paling istimewa.
"Ichiban suyoi kudasai!", pinta saya.

Setelah bergelas-gelas sierra, gorbatchev dan chivas regal tidak menampilkan reaksi. Akhirnya bartender (ternyata arsitek juga) memberiku arak rahasianya.
"Kore wa nana ju go pasento!", kata bartender.
75 persen alkohol, tetapi reaksinya dia tidak mau tanggung jawab. Saya mengangguk saja. Cepat kutenggak. Aw, serasa terbakar tenggorokan! Kalau tiak salah, namanya Roncalli. Warnanya hijau muda.

Sambil minum, saya dihampiri beberapa gadis yang menawarkan dagangan untuk menemani, dari tampangnya sepintas dari Asia Tenggara. Saya tersenyum saja sambil mengatakan kalau saya orang RI. Mereka tertawa dan terus ngeloyor pergi.
Salah satunya sempat bilang, "Salam buat orang rumah, mas!"
Belum sempet saya menanggapinya, cewek putih, sexy, berambut panjang itu sudah menyapa laki-laki berjas lain. Mungkin karena pakaian kantorku, mereka mengira saya esmud yang kesepian. Jangan salah, banyak juga cewek Indonesia di sana. Setelah itu saya ngeloyor turun ke bawah. Ternyata minuman iblis itu mulai bereaksi. Sambil jalan, saya berjoged sambil meremasi pantat gadis-gadis yang kulewati.
Kalau ada yang protes, cukup bilang, "Yurushite, chotto yopparai desu". (Maaf agak mabok nih).
Paling mereka diam, lagian kebanyakan tidak protes kok. Nah, ngapain lagi mereka ke 'kurapu' kalau tidak ingin digoda dengan cowok. Bagi para feminist, saya akui malam itu saya amat tidak gentleman. Maklum pemabuk horny.

Lama juga, akhirnya saya sampai ke Kiko. Dia tengah dikelilingi 3 CBL (cowok bertampang loser) yang berjoged. Semuanya berdasi, wah tampaknya salaryman kesasar. Memang banyak juga lelaki pulang kantor mampir. Sama seperti di sini (Indonesia). Kiko tampak memegang gelas. Rupanya para CBL tadi berusaha membuat dia mabuk. Tetapi tampaknya Kiko cukup cuek. Langsung saja kuajak Kiko pergi cari tempat duduk sambil kuseret tangannya. Para CBL tadi tampak kecewa tetapi tidak berani menentangku. Bayangkan saja, ada cowok berbadan besar (bagi mereka saya termasuk berbadan besar), berambut panjang diikat, pakaian hitam-hitam dan bermata merah serta bau alkohol. Serem kan? Kiko tampaknya senang, saya sudah menyelamatkan dia. Tanpa saya cerita, Kiko tampaknya bisa melihat kalau saya baru minum gila-gilaan, kerah saya saja belepotan alkohol. Dasar orang udik, saya sampai kapok.

Kiko lalu mengajakku keluar hall. Kami lalu menuju ke barisan locker, karena saya mulai kepanasan memakai jas terus. Setelah memasukkan koin 100 yen, langsung saya kunci. Saya lalu mengajak Kiko ke otomat untuk beli kopi instan. Ternyata Kiko ada akal lain, diseretnya tanganku menuju ke WC lalu berdua kami masuk ke dalam salah satu bilik. Kalau anda baca cerita Jay Yakuza, pasti anda berpikir, kenapa Jay selalu memakai tempat umum tertutup untuk beraktivitas (ML), jawabnya karena memang di Jepang, yang namanya Rabu Hoteru (motel esek-esek) harganya mahal juga dan bagi para petualang muda, lebih seru di tempat umum. Memang tujuan kamike WC bukan sekedar pipis. Tahu kan?

Kiko memelorotkan celana dalamnya lalu duduk kencing di kloset. Setelah itu, gantian saya mengeluarkan si Jendral. Setelah saya kencing cukup banyak dan berbau alkohol, saya cuci pakai air semprotan. Ternyata karena agak mabuk, airnya mengenai celana hitamku. Untung karena hitam jadi tidak terlalu kelihatan. Tetapi dasar perawat, Kiko lalu mengambil toilet paper, lalu jongkok membersihkan celana basah saya. Sementara itu si Jendral masih melongok keluar boxer shorts dan risluiting saya, sekalian dikeringkan oleh tangan Kiko yang cekatan. Terkena jemari mulus yang dingin itu, jelas saja, si Jendral langsung siaga kuning. Melihat itu, Kiko lalu tersenyum dan melirik ke arahku, lalu Jendral saya yang mekar langsung saja dikulumnya. Terkena perubahan suhu begitu, si Jendral langsung code red. Mulut Kiko yang imut khas wanita Nippon jadi tidak mampu menampung keseluruhannya, hanya palkon (kepala kemaluan) dan batang sedikit.

Bagi rekan cowok yang ingin merasa jantan, jangan sama bule, sama cewe Nippon saja. Coba lihat film bokep Jepang, burung cowoknya kecil-kecil, itu saja sudah diandalkan. Untung orang melayu masih berdarah Melanesia, jadi campuran Asia dengan Polinesia. Saya pernah baca survey mengenai panjang kelamin pria sedunia, ternyata rata-rata cowok Asia memiliki panjang 12,5 cm (5 inch), lalu kalau saya 15 cm (6 inch) dan Negro 17,5 cm (7 inch). Nah, kalau diantara mas-mas sekalian yang punya panjang lebih dari 13 cm, bersyukurlah, anda sudah di atas rata-rata cowok Asia. Jadi sebesar itu akan jaya dalam aktivitas ML.
Kembali ke Kiko, mungkin karena melihat si Jendral yang tegap, tinggi dan gagah, dia jadi sangat bernafsu, atau mungkin juga khas cewe Nippon kalau oral suka liar seperti itu kali ya. Lidahnya semangat sekali mengitari palkon sambil sesekali menggigit kantung zakarku yang sudah mengeras. Sesekali disedotnya ujung palkonku lalu ditarik mulutnya sehingga mengeluarkan bunyi, "Spok.. spok..". Mulut mungil indahnya bagaikan vacuum cleaner, menyedot si Jendral. Jemari halusnya menyelinap di antara celah pantatku dan sekali-kali menggenggam si Jendral yang mulai berontak terkena siksaan.

Anyway, sementara itu, saya yang memang terasa mabok berat, hanya bisa ngelus-elus kepala dan mencengkeram rambut merah Kiko. Tetapi mendadak saya merasa mual sekali, lalu yang berikutnya terjadi sangat tidak hot. Saya tarik Kiko ke samping.
"Hooekk.." saya muntah berupa gumpalan kehijauan, tentu akibat minum sembarangan tadi. Kiko sempat tertegun sejenak tetapi kemudian tergelak melihatku terkena akibat polahku sendiri. Satu tangannya masih menggenggam si Jendral, satunya lagi menutup mulutnya. Tawanya lucu sekali seperti anak kecil. Itulah sifat kawai atau cute (lucu dan menggemaskan) yang khas cewe Jepang. Insting perawat yang dimilikinya membuat dia beralih membantu memijat tengkukku agar seluruh racun serangga itu bisa keluar. Lalu dia membantuku membersihkan dengan tissue. Akhirnya kami keluar dan duduk-duduk di tangga masuk.

Sepi. Kiko mengajakku ke apartemennya tetapi baru ada subway jam 4:30. Saya bersandar lemas ke pundaknya sambil merangkul. Tangan kananku menyelinap masuk ke dalam blazer sekaligus BH-nya, wah hangat. Terasa bongkahan susunya yang besar enak sekali diremas. Kumainkan puting susunyaibarat mencari gelombang siaran radio. Wah masih belum tune, sebab yang keluar hanya suara desis dari mulut Kiko yang lama-lama keenakan. Akhirnya kami berjalan berpelukan menembus udara dingin fajar Osaka. Untung ada tukang yakimot (ubi rebus). Kami makan sambil minum kopi otomat.

Singkat saja, kami sampai di apartemen (mansion) Kiko. Kecil memang ukurannya. Terdiri dari ruang utama yang sekaligus ada dapur dan sofa TV. Lalu kamar tidur 4 tatami (3X4m) dan kamar mandi. Rapih juga ruangannya. Tampak di sofa ada keranjang laundry, wah ada panties merahnya, ternyata Kiko hot betul. Aha, untuk apa lagi cewe pakai CD merah kalau tidak untuk memikat cowok di ranjang? Melihat arah pandanganku, Kiko dengan sigap memindahkan keranjang ke dalam lemari dinding. Kami lalu duduk di sofa kulit empuk. Otomatis tangan saya meraih remote dan menyalakan TV. Wah ada Doraemon, aneh, sepagi ini ada siaran kartun. Kiko lalu tiduran di pangkuanku sambil ikut menonton. Jemariku menelusuri rambutnya dan menyisirnya. Kadangkala kami tertawa bersama. Perlahan kami mulai tertidur dengan posisi tetap, dan jemariku sudah bersarang pada bukit lembutnya. Entah kenapa, saya merasa nyaman dan jantan sekali. Mungkin karena alkoholnya perlahan-lahan mulai hilang dan sikap manja Kiko yang membuatku merasa jantan.

Cewe Nippon memang terkenal top servisnya. Kira-kira jam 8 lebih, saya terbangun oleh sinar matahari yang menerobos melalui celah gordin jendela. Kiko masih terlelap dalam pangkuanku. Tubuhnya meringkuk seperti anak kecil, dan yang lucu dia sedang mengenyot jempolnya seperti bayi. Nah, kawan-kawan, cewe yang punya kebiasaan begini, oralnya pasti oke, sebab palkon kita mereka anggap dot. Hehehe. Tidak tahan kubelai juga rambut Kiko yang tergerai di atas pahaku. Oh ya, pada saat ini, pakaian saya sudah tinggal boxer shorts dengan kemeja digulung saja. Sementara Kiko memakai kaos kebesaran dengan celana pendek tidur berbahan sutra hitam. Masih memakai pakaian dalam lengkap. Karena rambut Kiko tergerai di paha, terus karena memang sudah kebiasaan tiap pagi, maka si Jendral menggeliat dan menegak. Kalau di film To Liong To, ini jurus Pilar Penyangga Langit.

Kulirik paha Kiko yang tersingkap, hmm, coklat kemerahan. Kebayang cewe ini sering berjemur. Pasti seksi keringatan begitu. Ah, yang penting kubelai dulu gadis imut nan lucu ini. Ternyata belaianku membuat Kiko terbangun. Walaupun tidak membuka mata tetapi senyumannya mengembang, masih sambil menghisap jempolnya. Tangan satunya kini menyelinap di antara pahanya dan pahanya semakin dirapatkan. Kuperhatikan betisnya yang lencir bulir padi, indah sekali, ditambah tumit yang lancip kecil berwarna pink. Walaupun udara kamar tidak terlalu dingin, namun tetap saja kulit kami merinding terkena dinginnya udara pagi. Tampaknya heaternya otomatis mati kalau jam segini. Biasanya sudah jamnya pergi ke kantor.

Insting gentlemanku membuatku berusaha meraih jas woolku di meja, lalu kupakai menyelimuti Kiko, kontras dengan warna kulit putih mulusnya.
"Samui desuka?" (dinginkah) tanyaku.
Kiko hanya mendesah sambil tubuhnya menggeliat merapat. Sudah tidak tahan saya dibuatnya. Toh, lagipula jelas Kiko sadar dan pasti merasakan kalau si Jendral tegak di dekat kepalanya, lalu tanganku menyelinap ke balik jas hitamku mengelus paha mulus Kiko.
"Jay, nemui desuyo" (Jay ngantuk nih), tiba-tiba Kiko protes manja.
Mendengar itu bukannya saya berhenti malah jemariku mulai menyelinap ke arah pangkal pahanya. Kiko hanya mendesah manja. Kini terasa lembutnya celana pendek piyama sutra. Kugesek sebentar kawasan seks spotnya, wah, langsung merembes pada celana sutra hitamnya. Kalau putih pasti jadi pulau!

"Oooh, Jay, I like that!" erang Kiko.
Kusingkirkan jasku lalu kutegakkan tubuh Kiko sejenak dan kubaringkan. Lalu kuambil posisi menindihnya tetapi masih kutopang dengan tanganku. Lembut kukecup bibir Kiko yang merekah. Dia langsung menyedot dan mengulum bibir bawahku. Tangan Kiko kini merangkul tengkukku dan bermain dengan rambutku. Tangan kananku masih menopang tubuhku, sementara yang kiri merangsang celah mecky Kiko. Jemariku kini menyelinap ke dalam celana sutra dan CD-nya dan merasakan halusnya labia mayoranya yang sudah basah, ternyata meckynya tercukur rapih. Jari tengahku mulai berani menembus celah basah itu.

Wah, sempit juga. Clup..clup..clup, jarang dipakai. Heran kan? Cewek sophisticated seliar ini masih rapat. Memang cewek Jepang biasanya walaupun liar tetapi kalau dalam kenyataannya pemalu, pemalu artinya tidak dapat banyak batang kejantanan (rea kanjeut). Kiko mulai mendesah dan menggelinjang. Sekalian saja saya tanggalkan semua. Kiko tidak protes, malah membantu. Giliran kini boxer shorts, saya tanggalkan. Kiko tampaknya tidak sabaran juga, kaosnya yang longgar langsung dilepas, lalu BH-nya. Kemudian dengan ganasnya dia mencopoti kancing kemejaku. Satu kancingnya sampai putus (sekarang masih saya simpan untuk memorabilia). Jadilah kami berdua totally naked and ready to pump.

Perlahan kugesekkan si jendral ke medan pertempuran. Palkonku mulai menyentuh labia minora Makiko. Woow.. rasanya panas, kontras dengan hawa kamar yang dingin. Lalu perlahan-lahan Makiko mulai mencoba memasukkan si Jendral ke liang vaginanya dengan bantuan tangannya. Kedua tanganku kekar menopang tubuhku pada sofa.
"Aaah.. Kiko oishi desuyo." desahnya.
Palkonku menembus bibir meckynya. Enak. Wah dengan hanya masuk kepalanya saja jelas saya tidak tahan.
"Blesek." Dengan sentakan saya mulai menekan ke bawah supaya si Jendral bisa masuk lebih dalam, untung si Kiko sudah basah. Dia hanya melotot kaget sebentar, sebelum akhirnya dia merangkul tengkukku dan menekanku pada dadanya yang bulat sintal putih. (Buah dadanya putih karena ketika berjemur tertutup BH, jadi seperti bikini line tampaknya).

"Jay, iku.. iku.. iku.. Jay, mo okii na." (Jay sakit, kebesaran tuh) Kiko terus merintih, sepertinya kesakitan betul.
Ya sudah, saya lalu pelankan sedikit temponya. Kalau cewe bule pasti akan bilang: kurang-kurangmasukinnya.
"Sori Kiko, kalau sakit bilang yah!" (dengan bahasa Indonesia setelah mengalami pengeditan) seruku berbisik lembut.
Kiko mengangguk, tampak setetes air mata di sudut matanya. Wah tidak tega saya. Ya sudah kubiarkan dia yang menentukan kecepatannya. Walaupun terasa vaginanya licin dan basah, tetapi sempit sekali. Dengan perlahan tetapi pasti, Kiko tetap memaksa si Jendral masuk. Perlahan dia menaikkan pinggulnya. Dengan gerakan setengah berputar, si Jendral tertekan untuk menyodok meckynya kembali. Si Jendral sudah tidak sekeras tadi gara-gara saya kasihan melihat nafsuku membuat Kiko kesakitan.

Lama-lama longgar juga (sedikit), lalu kuberanikan mulai mengenjot Si Jendral di dalam liang kemaluannya. Kiko mulai mengerang-ngerang tidak karuan. Liar dan seksi, tangannya kini meremaspantatku.
"Mpffhh, shh, ahh, ughh." desahnya tidak menentu sambil memintaku untuk tidak berhenti.
Gila apa berhenti? Jelas-jelas lagi enak. Beberapa menit kami begitu bersemangat berpacu dalam melodi hingga suatu saat, seketika si Jendral serasa dijepit oleh mecky Makiko, terasa dinding vaginanya meremas-remas dengan dahsyat sekali. Lalu pinggulnya liar menggelinjang dengan kuat, rupanya orgasme. Setelah itu terasa basah sekali sampai cairannya menetes pada kantung zakarku.

Tiba-tiba muncul seleraku menikmati juicenya yang jelas banjir itu. Kucabut si Jendral yang disambut protes wajah Kiko yang merengut. Namun begitu kuraih pinggulnya dia tahu maksudku. Dengan cepat dia berbalik lalu nungging, kedua tangannya menopang pada sandaran sofa sedang lututnya terkembang pada dudukan. Pantatnya yang bulat indah, megal-megol menggoda untuk dimasuki. Kiko tersentak kaget ketika ternyata saya tidak kembali melakukan penetrasi melainkan berlutut dibelakangnya lalu menjilati celah meckynya. Satu tangannya meraih ke belakang menjambak rambutku. Dia melenguh keras dan menikmatinya. Tidak lama kemudian kembali Kiko mengejang dan hidungku mendadak basah terkena cairan berbau khas yang meleleh. Ya sudah, sekarang giliran saya.

Tubuh Kiko langsung merosot lemas di atas sofa. Langsung saja kuangkat pantatnya lalu, bless.. Si Jendral masuk lagi dari belakang. Licin sekali sampai bunyi seperti orang kentut karena terlalu kencangnya genjotan.
"Iie, dame, dame Jay, dame!" Kiko berteriak menyuruhku berhenti tetapi mana mau saya berhenti.
Tangannya mencengkeram erat sofa dan tubuhnya terus menggelinjang hebat. Setelah kurang lebih 10 menit menggenjot liar, akhirnya saya cabut si Jendral, lalu kubalikkan tubuh Kiko. Dengan gerakan cepat kusodorkan saja batang kemaluan saya itu ke mukanya, langsung disosor, seketika rasanya sampai puncak. Kukeluarkan segenap benih cintaku ke dalam mulut Kiko yang terus menyedot. Wah, banyak sekali (sudah 2 minggu no sex). Sesekali si Jendral lolos, lalu muncrat ke mukanya. Kira-kira 6-7 semprotan kukeluarkan, dilahap habis oleh Kiko. Ternyata pengalaman nonton film bokep Jepang ada gunanya. Hari sabtu itu kami mandi bersama sebentar, lalu keluar mencari sarapan ke Ohsho (fast food Jepun). Lalu bisa dong ditebak, apa yang kami lakukan siang sampai malamnya. Bahkan malam Minggu pun saya masih menginap di sana. Setelah malamnya kami mencari ramen dan melakukan ML terus.

Tetapi hari Minggunya, saya ganti aktivitas, setelah mengambil notebook dan baju di hotel (sebelumnya di rumah Kiko pakai boxer shorts saja) lalu kembali lagi ke tempat Kiko. Membuat laporan sambil dipijat Kiko sang perawat seksi yang bugil. Tetapi ya, mana tahan sih? Lebih baik besok senin dimarahi sama boss daripada melewaktan kesempatan emas, hehehe. Selanjutnya kami masih kadang beremu walaupun no strings attached tetapi ya bukan sekedar weekend fling saja. Kan gentleman? Hehehe.

Related Post



0 komentar:

 
Diberdayakan oleh Blogger.